Pages

Subscribe:

Wednesday, 14 March 2012

7 Penyebab Kinerja Komputer dan Laptop Melambat

Ketika komputer kita terkena malware ( virus, worm, trojan, dan sejenisnya), sudah hampir dapat dipastikan bahwa kinerja okmputer akan lambat. Virus akan sering menggunakan sumber daya komputer baik RAM atau CPU, termasuk juga senantiasa memantau aktivitas komputer. Hal ini tentu sangat berpengaruh terhadap kinerja aplikasi lain. Solusi untuk mencegah ini bagi pengguna Windows adalah menginstall Antivirus dan tidak hanya berhenti disitu saja, tetapi rutin update antivirus tersebut. Jadwalkan paling tidak seminggu sekali jika komputer tidak online. Berikut 7 Penyebab Kinerja Komputer Melambat, yaitu :

1. Spyware, Adware dan Sejenisnya
Jika kita sering menggunakan komputer untuk ber-internet, jika tidak berhati-hati ada kemungkinan komputer bisa terkena spyware. Efeknya mungkin tidak begitu besar dengan kinerja komputer, tetapi bisa berpengaruh pada akses internet, dan berbagai hal yang menganggu kenyamanan berinternet dan yang lebih buruk, data-data penting (user, password, account dll) kita bisa di ketahui oleh si pembuat spyware ini. Solusi bisa menginstall Anti-spyware yang juga senantiasa update, hanya perlu dipilah-pilah mana yang tidak banyak menggunakan sumber saya (resources) komputer kita, karena tidak jarang Antispyware ini menggunakan CPU dan Memory yang cukup besar. Jika antivirus sudah menyertakan, kita tidak perlu menambah. Atau gunakan versi portable, dan scan dari spyware secara berkala saja.  

2. Banyaknya Aplikasi Berjalan di Belakang

Semakin banyak komputer kita dengan software, biasanya akan semakin memperlambat kinerja komputer, meskipun pengaruhnya ada yang relatif kecil dan ada yang besar. Penting untuk diketahui ketika menginstall software, cek apakah ada aplikasi yang senantiasa berjalan di belakang. Hal ini bisa di ketahui dengan program seperti Autoruns. Solusi dalam hal ini adalah menggunakan sofware yang penting saja, pilih satu software jika ada beberapa software sejenis atau mempunyai fitur hampir sama dan jika ada versi Portable-nya maka bisa menjadi alternatif. Untuk mengurangi program yang berjalan di background, gunakan Autoruns, dan non aktifkan aplikasi background yang tidak penting. Untuk mengatahui apakah aplikasi yang di install akan menjalankan program di belakang, install software seperti WinPatrol. 

3. Hard disk (HDD) Yang Sudah Berumur
Ketika komputer kita masih menggunakan Hardisk yang sudah cukup lama (tua), mungkin lebih dari 5 tahun, maka kinerja komputer bisa semakin lambat. Untuk mengecek, kita bisa menggunakan software gratis HDD Tune dan sejenisnya (baca artikel: Periksa Kondisi Hard Disk Komputer Anda). HDD SATA normal biasanya rata-rata akses read (baca) sekitar 70 – 90 MB/s. Jika misal rata-rata akses HDD dibawah 50 MB/s maka kinerja biasanya akan terasa lambat. Solusi ketika hardisk sudah sangat lambat, mungkin bisa dicoba dengan full format (awas, backup data terlebih dahulu). Meskipun untuk hardisk tua hal ini biasanya tidak akan banyak membantu, sehingga yang paling baik adalah dengan mengganti hardisk baru, dan jika masih ingin menggunakan hardisk lama, gunakan sebagai secondary hardisk saja.  

4. RAM Memori Yang Kecil

Banyak sedikitnya jumlah RAM/Memori yang kita gunakan memang tidak bisa dibuat standard sama untuk satu komputer dengan komputer lain atau bahkan sistem operasi. Meskipun ketika akan menginstall Windows, ada spesifikasi minimal RAM, tetapi jenis aplikasi yang kita gunakan juga harus diperhitungkan. Untuk mengecek, buka saja Task Manager dan di bagian Performance periksa PF Usage dan juga Physical Memory yang menunjukkan total Memory fisik (RAM) dan sisa tersedia (Available). Jika kita tidak sedang menjalankan aplikasi apapun, tetapi sisa RAM tidak lebih dari setengahnya, biasanya kinerja komputer akan lambat, maka harus diperiksa aplikasi apa saja yang menggunakan banyak memory (RAM), secara umum bisa dicek di tab Process, kolom Mem Usage. Jika memang RAM kita pas-pasan (misal windows XP dengan RAM 512 MB atau kurang, windows 7 dengan 1 GB RAM), maka solusinya termurah adalah mengurangi aplikasi yang banyak memakan memory. Solusi terbaik adalah Upgrade memory (RAM) (baca: Mengenal apa itu RAM ). 

5. Konflik Aplikasi Atau Program Yang di Install
Tidak jarang dua aplikasi dalam kategori yang sama bisa berakibat terjadinya konflik, yang semakin memperlambat kinerja komputer. Tanda-tanda terjadi konflik adakan komputer yang bermasalah setelah kita menginstall suatu software, padahal sebelumnya tidak ada masalah. Yang sering terjadi konflik biasanya di kategori software security, semisal antivirus. Misalnya kita menggunakan 2 antivirus atau lebih. Meskipun beberapa antivirus bisa berjalan bersamaan, tetapi tetap tidak direkomendasikan, kecuali untuk pengguna ahli atau untuk ujicoba. Belum lagi ketika masih harus menginstall software security lainnya. Jika ada alternatif berbagai software sejenis, maka jika memungkinkan pilih satu saja yang bisa mewakili, dan unggul dalam kinerja dan hasil. Terutama untuk jenis software yang banyak mengakses sumber daya atau sistem operasi.  

6. Pemilihan Software Yang Kurang Tepat
Tidak sedikit orang hanya ikut-ikutan (trend) dalam penggunaan software, padahal fitur yang diinginkan sebenarnya terdapat dalam software lain yang kecil dan gratis. Jika spesifikasi komputer kita memang minimal atau kita ingin bekerja dengan cepat, maka pilihlah software yang tepat. Software dengan ukuran besar tidak senantiasa lebih baik dan tepat bagi masing-masing kita. Berikut beberapa contohnya : Ketika kita hanya ingin burning data ke CD/DVD, solusi tepat bisa menggunakan software ImgBurn yang hanya berukuran sekitar 5 MB atau software burning gratis lainnya yang relatif kecil daripada menginstall Nero Multimedia Suite yang berukuran sekitar 354 MB. Ketika kita bekerja dengan data terkompresi ( zip, rar ), software gratis seperti 7zip yang hanya berukuran sekitar 1 MB seharusnya sudah mencukupi, daripada menginstall Winzip 15 yang berukuran hampir 13 MB dan juga tidak gratis (software kompresi gratis lainnya). Jika menggunakan Photoshop 7 atau CS1/2 sudah mencukupi untuk kebutuhan grafis, maka menginstall Photoshop CS5 perlu difikir ulang, karena spesifikasi yang dibutuhkan cukup tinggi, sehingga kerja bisa semakin lambat. 

7. Banyaknya Software Yang Terinstall
Meskipun software-software yang di install tidak berjalan di belakang, tetapi hampir setiap software selalu menambahkan entry (data) ke registry, sehingga semakin banyak software yang di install ukuran registry (windows) juga akan semakin besar. Karena registry ini akan di akses baik ketika komputer berjalan maupun sudah berjalan, besar kecilnya juga mempengaruhi ke kecepatan atau waktu respon-nya. Solusinya adalah menggunakan software yang memang diperlukan saja, Uninstall software yang tidak penting dan gunakan Uninstaller seperti Revo Uninstaller agar proses uninstallasi lebih tuntas. Untuk membersihkan software yang sudah di uninstall, bisa juga menggunakan berbagai Utilities gratis.  

Friday, 9 March 2012

Global Warming

Pemanasan Global Mengancam

Pemanasan global adalah adanya proses peningkatan suhu rata-rata atmosfer, laut, dan daratan Bumi.

Suhu rata-rata global pada permukaan Bumi telah meningkat 0.74 ± 0.18 °C (1.33 ± 0.32 °F) selama seratus tahun terakhir. Intergovernmental Panel on Climate Change (IPCC) menyimpulkan bahwa, "sebagian besar peningkatan suhu rata-rata global sejak pertengahan abad ke-20 kemungkinan besar disebabkan oleh meningkatnya konsentrasi gas-gas rumah kaca akibat aktivitas manusia melalui efek rumah kaca. Kesimpulan dasar ini telah dikemukakan oleh setidaknya 30 badan ilmiah dan akademik, termasuk semua akademi sains nasional dari negara-negara G8. Akan tetapi, masih terdapat beberapa ilmuwan yang tidak setuju dengan beberapa kesimpulan yang dikemukakan IPCC tersebut.

Model iklim yang dijadikan acuan oleh projek IPCC menunjukkan suhu permukaan global akan meningkat 1.1 hingga 6.4 °C (2.0 hingga 11.5 °F) antara tahun 1990 dan 2100. Perbedaan angka perkiraan itu dikarenakan oleh penggunaan skenario-skenario berbeda mengenai emisi gas-gas rumah kaca di masa mendatang, serta model-model sensitivitas iklim yang berbeda. Walaupun sebagian besar penelitian terfokus pada periode hingga 2100, pemanasan dan kenaikan muka air laut diperkirakan akan terus berlanjut selama lebih dari seribu tahun walaupun tingkat emisi gas rumah kaca telah stabil. Ini mencerminkan besarnya kapasitas panas dari lautan.

Meningkatnya suhu global diperkirakan akan menyebabkan perubahan-perubahan yang lain seperti naiknya permukaan air laut, meningkatnya intensitas fenomena cuaca yang ekstrim, serta perubahan jumlah dan pola presipitasi. Akibat-akibat pemanasan global yang lain adalah terpengaruhnya hasil pertanian, hilangnya gletser, dan punahnya berbagai jenis hewan.

Beberapa hal-hal yang masih diragukan para ilmuan adalah mengenai jumlah pemanasan yang diperkirakan akan terjadi di masa depan, dan bagaimana pemanasan serta perubahan-perubahan yang terjadi tersebut akan bervariasi dari satu daerah ke daerah yang lain. Hingga saat ini masih terjadi perdebatan politik dan publik di dunia mengenai apa, jika ada, tindakan yang harus dilakukan untuk mengurangi atau membalikkan pemanasan lebih lanjut atau untuk beradaptasi terhadap konsekwensi-konsekwensi yang ada. Sebagian besar pemerintahan negara-negara di dunia telah menandatangani dan meratifikasi Protokol Kyoto, yang mengarah pada pengurangan emisi gas-gas rumah kaca.

Penyebab Pemanasan Global
Efek rumah kaca
Segala sumber energi yang terdapat di Bumi berasal dari Matahari. Sebagian besar energi tersebut dalam bentuk radiasi gelombang pendek, termasuk cahaya tampak. Ketika energi ini mengenai permukaan Bumi, ia berubah dari cahaya menjadi panas yang menghangatkan Bumi. Permukaan Bumi, akan menyerap sebagian panas dan memantulkan kembali sisanya. Sebagian dari panas ini sebagai radiasi infra merah gelombang panjang ke angkasa luar. Namun sebagian panas tetap terperangkap di atmosfer bumi akibat menumpuknya jumlah gas rumah kaca antara lain uap air, karbon dioksida, dan metana yang menjadi perangkap gelombang radiasi ini. Gas-gas ini menyerap dan memantulkan kembali radiasi gelombang yang dipancarkan Bumi dan akibatnya panas tersebut akan tersimpan di permukaan Bumi. Hal tersebut terjadi berulang-ulang dan mengakibatkan suhu rata-rata tahunan bumi terus meningkat.

Gas-gas tersebut berfungsi sebagaimana kaca dalam rumah kaca. Dengan semakin meningkatnya konsentrasi gas-gas ini di atmosfer, semakin banyak panas yang terperangkap di bawahnya.

Sebenarnya, efek rumah kaca ini sangat dibutuhkan oleh segala makhluk hidup yang ada di bumi, karena tanpanya, planet ini akan menjadi sangat dingin. Dengan temperatur rata-rata sebesar 15 °C (59 °F), bumi sebenarnya telah lebih panas 33 °C (59 °F) dengan efek rumah kaca (tanpanya suhu bumi hanya -18 °C sehingga es akan menutupi seluruh permukaan Bumi). Akan tetapi sebaliknya, akibat jumlah gas-gas tersebut telah berlebih di atmosfer, pemanasan global menjadi akibatnya.

Efek umpan balik
Efek-efek dari agen penyebab pemanasan global juga dipengaruhi oleh berbagai proses umpan balik yang dihasilkannya. Sebagai contoh adalah pada penguapan air. Pada kasus pemanasan akibat bertambahnya gas-gas rumah kaca seperti CO2, pemanasan pada awalnya akan menyebabkan lebih banyaknya air yang menguap ke atmosfer. Karena uap air sendiri merupakan gas rumah kaca, pemanasan akan terus berlanjut dan menambah jumlah uap air di udara hingga tercapainya suatu kesetimbangan konsentrasi uap air. Efek rumah kaca yang dihasilkannya lebih besar bila dibandingkan oleh akibat gas CO2 sendiri. (Walaupun umpan balik ini meningkatkan kandungan air absolut di udara, kelembaban relatif udara hampir konstan atau bahkan agak menurun karena udara menjadi menghangat). Umpan balik ini hanya dapat dibalikkan secara perlahan-lahan karena CO2 memiliki usia yang panjang di atmosfer.

Efek-efek umpan balik karena pengaruh awan sedang menjadi objek penelitian saat ini. Bila dilihat dari bawah, awan akan memantulkan radiasi infra merah balik ke permukaan, sehingga akan meningkatkan efek pemanasan. Sebaliknya bila dilihat dari atas, awan tersebut akan memantulkan sinar Matahari dan radiasi infra merah ke angkasa, sehingga meningkatkan efek pendinginan. Apakah efek netto-nya pemanasan atau pendinginan tergantung pada beberapa detail-detail tertentu seperti tipe dan ketinggian awan tersebut. Detail-detail ini sulit direpresentasikan dalam model iklim, antara lain karena awan sangat kecil bila dibandingkan dengan jarak antara batas-batas komputasional dalam model iklim (sekitar 125 hingga 500 km untuk model yang digunakan dalam Laporan Pandangan IPCC ke Empat). Walaupun demikian, umpan balik awan berada pada peringkat dua bila dibandingkan dengan umpan balik uap air dan dianggap positif (menambah pemanasan) dalam semua model yang digunakan dalam Laporan Pandangan IPCC ke Empat.

Umpan balik penting lainnya adalah hilangnya kemampuan memantulkan cahaya (albedo) oleh es. Ketika temperatur global meningkat, es yang berada di dekat kutub mencair dengan kecepatan yang terus meningkat. Bersama dengan melelehnya es tersebut, daratan atau air dibawahnya akan terbuka. Baik daratan maupun air memiliki kemampuan memantulkan cahaya lebih sedikit bila dibandingkan dengan es, dan akibatnya akan menyerap lebih banyak radiasi Matahari. Hal ini akan menambah pemanasan dan menimbulkan lebih banyak lagi es yang mencair, menjadi suatu siklus yang berkelanjutan.

Umpan balik positif akibat terlepasnya CO2 dan CH4 dari melunaknya tanah beku (permafrost) adalah mekanisme lainnya yang berkontribusi terhadap pemanasan. Selain itu, es yang meleleh juga akan melepas CH4 yang juga menimbulkan umpan balik positif.

Kemampuan lautan untuk menyerap karbon juga akan berkurang bila ia menghangat, hal ini diakibatkan oleh menurunya tingkat nutrien pada zona mesopelagic sehingga membatasi pertumbuhan diatom daripada fitoplankton yang merupakan penyerap karbon yang rendah. 

Variasi Matahari
  Variasi Matahari selama 30 tahun terakhir.

Terdapat hipotesa yang menyatakan bahwa variasi dari Matahari, dengan kemungkinan diperkuat oleh umpan balik dari awan, dapat memberi kontribusi dalam pemanasan saat ini. Perbedaan antara mekanisme ini dengan pemanasan akibat efek rumah kaca adalah meningkatnya aktivitas Matahari akan memanaskan stratosfer sebaliknya efek rumah kaca akan mendinginkan stratosfer. Pendinginan stratosfer bagian bawah paling tidak telah diamati sejak tahun 1960, yang tidak akan terjadi bila aktivitas Matahari menjadi kontributor utama pemanasan saat ini. (Penipisan lapisan ozon juga dapat memberikan efek pendinginan tersebut tetapi penipisan tersebut terjadi mulai akhir tahun 1970-an.) Fenomena variasi Matahari dikombinasikan dengan aktivitas gunung berapi mungkin telah memberikan efek pemanasan dari masa pra-industri hingga tahun 1950, serta efek pendinginan sejak tahun 1950.

Ada beberapa hasil penelitian yang menyatakan bahwa kontribusi Matahari mungkin telah diabaikan dalam pemanasan global. Dua ilmuan dari Duke University mengestimasikan bahwa Matahari mungkin telah berkontribusi terhadap 45-50% peningkatan temperatur rata-rata global selama periode 1900-2000, dan sekitar 25-35% antara tahun 1980 dan 2000. Stott dan rekannya mengemukakan bahwa model iklim yang dijadikan pedoman saat ini membuat estimasi berlebihan terhadap efek gas-gas rumah kaca dibandingkan dengan pengaruh Matahari; mereka juga mengemukakan bahwa efek pendinginan dari debu vulkanik dan aerosol sulfat juga telah dipandang remeh. Walaupun demikian, mereka menyimpulkan bahwa bahkan dengan meningkatkan sensitivitas iklim terhadap pengaruh Matahari sekalipun, sebagian besar pemanasan yang terjadi pada dekade-dekade terakhir ini disebabkan oleh gas-gas rumah kaca.

Pada tahun 2006, sebuah tim ilmuan dari Amerika Serikat, Jerman dan Swiss menyatakan bahwa mereka tidak menemukan adanya peningkatan tingkat "keterangan" dari Matahari pada seribu tahun terakhir ini. Siklus Matahari hanya memberi peningkatan kecil sekitar 0,07% dalam tingkat "keterangannya" selama 30 tahun terakhir. Efek ini terlalu kecil untuk berkontribusi terhadap pemansan global. Sebuah penelitian oleh Lockwood dan Fröhlich menemukan bahwa tidak ada hubungan antara pemanasan global dengan variasi Matahari sejak tahun 1985, baik melalui variasi dari output Matahari maupun variasi dalam sinar kosmis. 

____________________________________________________________________

Global Warming
 
Global warming is the process of increasing the average temperature of the atmosphere, oceans, and Earth's land.
Global average temperature at Earth's surface has risen 0.74 ° C ± 0:18 (1:33 ± 0:32 ° F) during the last hundred years. Intergovernmental Panel on Climate Change (IPCC) concluded that, "most of the increase in global average temperatures since the mid-20th century is most likely caused by increased concentrations of greenhouse gases due to human activity through the greenhouse effect. These basic conclusions have been presented by at least 30 scientific and academic bodies, including all the national science academies of the G8 countries. However, there are still some scientists who disagree with some of the IPCC conclusions are presented.
Climate models referenced by the IPCC project suggests global surface temperatures will rise 1.1 to 6.4 ° C (2.0 to 11.5 ° F) between 1990 and 2100. Difference in estimates is due to the use of different scenarios on emissions of greenhouse gases in the future, as well as models of different climate sensitivities. While most research focuses on the period up to 2100, warming and sea level rise is expected to continue for more than a thousand years even if greenhouse gas emission levels have stabilized. This reflects the large heat capacity of the oceans.
Increasing global temperature is expected to lead to other changes such as rising sea levels, increased intensity of extreme weather phenomena, as well as changes in the number and pattern of precipitation. Consequences of global warming is terpengaruhnya other crops, the loss of glaciers, and the extinction of various animal species.
Some of the things the scientists are still doubtful about the amount of warming expected to occur in the future, and how warming and the changes that occur will vary from one region to another. It is still political and public debate in the world about what, if any, action should be taken to reduce or reverse further warming or to adapt to the consequences that exist. Most of the governments of countries in the world have signed and ratified the Kyoto Protocol, which leads to the reduction of emissions of greenhouse gases.
 
Causes of Global Warming 
The greenhouse effect 

All energy sources that exist on Earth comes from the Sun. Most of the energy in the form of short-wave radiation, including visible light. When this energy on Earth's surface, he turned from the light into heat that warms the Earth. Earth's surface, will absorb some heat and reflecting back the rest. Much of this heat as long-wave infrared radiation into space. But some of the heat remains trapped in Earth's atmosphere due to accumulated amount of greenhouse gases such as water vapor, carbon dioxide, and methane which trap this radiation. These gases absorb and reflect radiation emitted wave and consequently the Earth's heat is stored in the Earth's surface. This happens over and over and result in annual average temperature of the earth continues to increase.
Gases serve as the glass in a greenhouse. With the increasing concentration of these gases in the atmosphere, the more heat is trapped underneath.
Actually, the greenhouse effect is needed by all living things on earth, because without it, the planet will be very cold. With an average temperature of 15 ° C (59 ° F), the earth actually has more hot 33 ° C (59 ° F) with the greenhouse effect (without it the earth's temperature is only -18 ° C so that the ice would cover the entire surface of the Earth). But vice versa, due to the amount of these gases in the atmosphere has been excessive, global warming are the result.


Feedback effects 

The effects of global warming-causing agents is also influenced by various feedback processes that result. An example is the evaporation of water. In the case of warming due to increasing greenhouse gases such as CO2, warming will initially lead to more amount of water that evaporates into the atmosphere. Because water vapor is itself a greenhouse gas, warming will continue and increase the amount of water vapor in the air to reach an equilibrium concentration of water vapor. The resulting greenhouse effect is greater than the effect of CO2 alone. (Although this feedback increases the absolute water content in the air, relative humidity of air is almost constant or even decreases slightly because the air becomes warmer). This feedback can only be reversed slowly as CO2 has a long age in the atmosphere.
Feedback effects due to the influence of clouds is the object of current research. When viewed from below, clouds will reflect infrared radiation back to the surface, thereby increasing the heating effect. In contrast when viewed from above, clouds will reflect sunlight and infrared radiation to space, thereby increasing the cooling effect. Whether the net effect heating or cooling depending on some specific details such as the type and height of these clouds. These details are difficult to be represented in climate models, partly because the clouds are very small compared to the distance between the boundaries of computational climate models (about 125 to 500 km to the model used in the Fourth Report of the IPCC view). Nevertheless, cloud feedback ranks of two when compared with the water vapor feedback and is considered positive (adding heating) in all models used in the Fourth Report of the IPCC view.
Another important feedback is the loss of the ability to reflect light (albedo) of ice. As global temperatures increase, ice near the poles melts at an ever increasing. Together with the melting of the ice, land or water below will open. Both land and water has the ability to reflect light much less when compared to the ice, and consequently will absorb more solar radiation. This will increase the heating and causing even more ice melts, it becomes a continuous cycle.
Positive feedback due to release of CO2 and CH4 from the softening of frozen ground (permafrost) are other mechanisms that contribute to warming. In addition, the melting ice will also cause release of CH4 are also positive feedback.
The ability of oceans to absorb carbon will also be reduced if it warms up, this is caused by a decline in nutrient levels in the zone and limit the growth of diatoms Mesopelagic than phytoplankton is low carbon sinks.

Variation of the SunSolar variability during the last 30 years.There is a hypothesis which states that the variation of the Sun, with a possibility reinforced by feedback from the clouds, can contribute to warming. Difference between the heating mechanism is due to the greenhouse effect is the increased activity of the Sun would heat the stratosphere reverse the greenhouse effect cools the stratosphere. Cooling the lower stratosphere has been observed since at least 1960, which will not occur when the solar activity to be a major contributor to recent warming. (Depletion of the ozone layer may also provide the cooling effect, but depletion occurred from late 1970's.) The phenomenon of solar variability combined with volcanic activity may have provided the warming effect from pre-industrial times to 1950, as well as a cooling effect since 1950 .
There is some research that states that the contribution of the Sun may have been overlooked in global warming. Two researchers from Duke University estimated that the Sun may have contributed to 45-50% increase in average global temperature over the period 1900-2000, and about 25-35% between 1980 and 2000. Stott and colleagues suggests that the climate models currently used as a guideline to estimate the effects of excessive greenhouse gases compared with the influence of the sun, they also suggest that the cooling effects of volcanic dust and sulfate aerosols have also been underestimated. Nevertheless, they conclude that even by increasing the sensitivity of climate to influence sun though, most of the warming that has occurred in recent decades is caused by greenhouse gases.
In 2006, a team of scientists from the United States, Germany and Switzerland stated that they did not find any increase in the level of "explanation" of the Sun in a thousand years. Solar cycle only a small increase of 0.07% in the "statement" for 30 years. This effect is too small to contribute to global warming. A study by Lockwood and Fröhlich found no relation between global warming and solar variability since 1985, both through the variation of solar output or variations in cosmic rays.

worms from hell

Ditemukan, cacing dari neraka 1,3 km di bawah tanah

Seberapa dalam binatang bisa hidup di kedalaman tanah? Ahli biologi Princeton University menemukan cacing jenis baru yang hidup di kedalaman 1,3 kilometer di bawah permukaan tanah yang amat panas.

"Kami menyebutnya sebagai 'Cacing dari Neraka'," ujar salah seorang peneliti biologi Princeton University, Tullis Onstott.

Onstott bersama rekannya menamakan spesies cacing tersebut dari Halicephalobus mephisto, nama dicatut dari iblis Mephistopheles dalam cerita karangan Faust. Cacing tersebut ditemukan di pertambangan emas ultra-dalam Beatrix, Afrika Selatan, yang tembus hingga kedalaman 3 kilometer.










  



Pada pertambangan yang sama, ilmuwan pernah menemukan organisme sel tunggal di kedalaman 1,6 kilometer. Pada kedalaman ini temperatur tanah amat panas, mencapai 60-110 derajat celcius. Namun, baru kali ini binatang bersel majemuk ditemukan di kedalaman ekstrem.

Untuk mencari cacing neraka ini, Onstott bersama tim mengambil sampel air menggunakan mata bor hingga kedalaman 3,6 kilometer. Mereka juga mengambil sampel tanah dari sekeliling mata bor dan menyaring 40.000 galon air permukaan guna memastikan cacing bukan berasal dari atas tanah.

Beberapa karakteristik Halicephalobus mephisto yang telah diketahui adalah cacing ini bisa berkembang biak secara aseksual. Selain itu, binatang ini diperkirakan telah hidup di sela patahan bebatuan dalam sejak 2.900 tahun lalu. Guna memenuhi kebutuhan nutrisi, cacing ini memakan bakteri yang hidup di sela batuan.

Penelitian Onstott sendiri tak dilakukan dalam waktu singkat. Dibutuhkan penelitian selama 15 tahun hingga organisme ekstrem ini ditemukan. Temuan Onstott diterbitkan dalam jurnal ilmiah "Nature". 

__________________________________________________________________________

Found, the worm of hell 1.3 km below the ground

How the animals can live in the depths of the soil? Princeton University biologists discover new species of worms that live at depths of 1.3 kilometers below the ground surface is very hot.

"We call it 'Worms from Hell'," said one biologist at Princeton University, Tullis Onstott.Onstott and colleagues named the species of worm Halicephalobus Mephisto, the name of the demon Mephistopheles dicatut in a story written by Faust. Worms were found in gold mining in the ultra-Beatrix, South Africa, which penetrate to a depth of 3 kilometers.

At the same mining, scientists have discovered a single cell organism at a depth of 1.6 kilometer. At this depth the soil temperature is very hot, reaching 60-110 degrees Celsius. However, this was the first multiple-celled animals found at extreme depths.

To search for worms this hell, Onstott's team took water samples using the drill to a depth of 3.6 kilometer. They also took soil samples from around the drill bit and the filter surface of 40 000 gallons of water to ensure the worm does not come from the ground.

Some characteristics of known Halicephalobus Mephisto is a worm can reproduce asexually. In addition, these animals are thought to have lived in between the rocks in the fault since 2900 years ago. In order to meet the nutritional needs, these worms feed on bacteria that live in between the rocks.

Onstott own research was done in no time. It takes 15 years to study these extreme organisms found. Onstott findings published in the scientific journal "Nature".

Thursday, 8 March 2012

Carlos Slim Dinobatkan Jadi Orang Terkaya di Dunia

 FORBES sudah memberikan peringkat orang terkaya sejak 25 tahun lalu. Saat itu, orang terkaya di dunia baru ada 140 nama. Tapi, tahun ini semakin banyak menjadi 1.226 nama miliarder dengan total kekayaan mencapai USD4,6 triliun.

Carlos Slim Helu and family dinobatkan Forbes menjadi orang terkaya di planet bumi ini. Miliarder Meksiko ini tercatat memiliki kekayaan sebesar USD69 miliar pada Maret 2012 ini.

Dengan demikian, ini merupakan tahun ketiga bagi Carlos Slim didaulat menjadi orang terkaya di dunia. Padahal, jumlah asetnya mengalami penurunan sebesar USD5 miliar lantaran turunnya harga saham perusahaan telekomunikasinya, America Movil.

Selanjutnya, Bill Gates menempati posisi kedua dengan kekayaan sebesar USD61 miliar. Bos Microsoft ini mungkin merupakan orang yang paling pemurah di dunia ini. Gates telah mengeluarkan sebanyak USD28 miliur untuk kegiatan amal, termasuk untuk mengantisipasi wabah polio di India.

Posisi ketiga ditempati Warren Buffet, investor kakap pemilik Berkshire Hathaway ini memiliki kekayaan sebanyak USD44 miliar. Padahal, jumlah asetnya turun USD6 miliar akibat nilai saham Berksire turun tujuh persen.

Sebelumnya, Bloomberg Billionaires Index, juga menetapkan Carlos Slim sebagai orang terkaya di dunia kendati harta (portofolio) pria berusia 72 tahun ini turun sebesar USD478,4 juta dalam sehari menjadi USD68,5 miliar pada 2 Maret 2012, dia melampaui kekayaan Bill Gates dan Warren Buffett yang menempati posisi kedua dan ketiga dalam daftar tersebut.

Forbes juga menetapkan miliarder asal Prancis yang merupakan Chairman Louis Vuittin Moet Hennessy Bernard Arnault dengan jumlah harta mencapai USD41 miliar menjadi orang terkaya keempat di dunia. Keuntungannya tumbuh sebesar 22 persen berkat kenaikan penjualan Louis Vuitton dan Bulgari.

Lalu posisi di posisi kelima terkaya di dunia ada Amanciio Ortega dengan harta sebanyak USD37,5 miliar. Ortega mundur dari posisinya sebagai chairman dari perusahaan fashion globalnya, Inditex pada Juli 2011 lalu. Harga saham perusahaannya naik signifikan, selain itu pendapatannya juga naik hingga menjadi USD6,5 miliar.

Posisi keenam ditempati oleh pendiri Oracle Larry Ellison dengan kekayaan sebanyak USD36 miliar. Harga saham Oracle tampaknya cukup bersinar. Penjualannya perusahaan ini juga cukup positif dengan tumbuh hingga 15 persen dan membuat harta Ellison bertambah USD3,5 miliar.

Posisi ketujuh ada Eike Batita, pengusaha tambang dan minyak asal Brasil dengan memiliki harta sebanyak USD30 miliar. Dia juga merupakan orang terkaya di Brasil. Dia memiliki perusahaan minyak OGX Petroleo eGas. Nilai dari 61 persen sahamnya di perusahaan ini mencapai USD19,8 miliar. Selain minyak, dia juga memiliki bisnis tambang emas.

Lalu posisi kedelapan ada Stefan Persson dengan kekayaan mencapai USD26 miliar. Dia adalah pendiri H&M, perusahaan yang memproduksi Versace dan Marni yang sekarang memiliki 2.500 gerai di 43 negara. Persson memiliki sekira lima juta saham di perusahaan itu, dan dia memberikan sebanyak empat juta saham kepada karyawannya, ini senilai dengan USD150 juta.

Di posisi kesembilan diduduki oleh Li Ka-shing. Dia adalah chairman Hutchison Whampoa Limited, jumlah kekayaannya mencapau USD25,56 miliar. Li Ka-shing kembali ke posisi 10 besar terkaya dunia sejak 2007 lalu. Dia memiliki sebanyak 270 ribu karyawan di 53 negara, dia menggarap tujuh residences di Hong Kong. Huctchison Port Holdings menguasai 13 persen pasar kontainer di seluruh dunia.

Posisi kesepuluh ada Karl Albrecht, pengusaha asal Jerman ini kekayaannya mencapai USD25,4 miliar. Dia memiliki supermarket, Aldi Sud yang nilainya sekarang in seharga USD39 miliar. Supermarket ini memiliki 4.500 gerai, termasuk 1.200 gerai di 32 negara bagian Amerika Serikat